Senin, 28 Januari 2008

Berita Kematian Soeharto Dikritik

TEMPO Interaktif, Karanganyar: Roda Toyota Alphard yang baru saja menggelinding turun membawa rombongan putra-putri Soeharto dari Astana Giribangun seperti menjadi aba-aba tumpahnya air dari langit. Hujan deras disertai hembusan angin menutup prosesi pemakaman mantan penguasa orde baru itu.Satu persatu orang terdekat Soeharto meninggalkan cungkup Argosari melalui dua pintu gerbang. Ari Sigit, cucu Soeharto, merupakan kerabat terdekat Cendana yang terlihat keluar paling awal. Dia mengantarkan sahabat kakeknya, Mahatir Muhamad meninggalkan pusara. Ari melepaskan kepulangan Mahatir ke dalam mobilnya.Mahathir yang datang terlambat ketika upacara pemakamn sudah usai justru yang terlihat sedih. Matanya berkaca-kaca. Ucapannya yang ditunggu wartawan pun tak tuntas keluar dari kerongkongan. Dia mengaku sedih karena kehilangan seorang sahabat. "Dia adalah............," katanya tertahan sebelum mampu meneruskan kalimat menjadi "Dia berjasa dalam membangun dan menjayakan ASEAN,"Tak lama berselang, Tommy Soeharto yang keluar. Wajahnya menampakkan rasa lelah meski dia berusaha tersenyum. Wartawan pun mengerubungi untuk sekedar mendapatkan sepatah dua patah kata dari mulutnya. "Kami sedang berduka," katanya mengelak.Kendaraan Tommy menderu meninggalkan Giribangun. Tiga kakaknya, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamik dan Siti Hediati Hariyadi alias Titik Soeharto serta Bambang Triatmodjo secara bergiliran turun. Melalui pintu belakang mereka langsung dikelilingi belasan anggota Kopassus. Tak ada yang bisa mendekat. Di balik kerudung hitam, wajah mereka kelihatan sembab.Hujan deras itu baru reda sejam kemudian. Dari tempat itu, di areal parkir bagian bawah, masyarakat berebut secuil rejeki. Seribuan karangan bunga duka cita mereka preteli. Mereka berharap bisa mendapat bunga atau sekadar kardusnya saja. "Kardusnya dikilokan," kata Supari, salah satu warga yang mengumpulkan kardus.Pemulung barang bekas, terutama botol minuman bergerak cepat. Menjumputi botol plastik dan berharap karung mereka segera penuh. Mereka yang memiliki sepeda motor pun langsung tancap gas naik ke areal parkir terdekat menjemput penumpang yang tak kebagian mobil penjemput. Parno, warga Macanan, Kebak Kramat, Karanganyar menunggui seorang menteri yang sebelumnya dia antarkan karena terjebak macet. "Lumayan, tidak sampai sehari dapat seratus ribu rupiah lebih," kata lelaki yang sehari-hari menjadi buruh pabrik plastik ini. imron rosyid
TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Sejarawan Universitas Gajah Mada Yogyakarta Adaby Darban menyerukan buku pelajaran sejarah di sekolah perlu direvisi. Terutama materi tentang "Serangan Oemoem 1 Maret" 1948 di Yogyakarta. Dalam buku-buku sejarah, Soeharto menyatakan dirinya sebagai pemrakarsa serangan tersebut. "Kita pernah mempermasalahkan pernyataan tersebut," kata Adaby di Yogyakarta pada Senin (28/1). Untuk mengungkap kebenaran pernyataan itu, sejarawan mendatangkan saksi sejarah Marsudi, seorang bentara (kurir) Sultan Hamengku Buwono IX. "Pemrakarsa serangan itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX," katanya.Menurut Adaby, saat itu Soeharto merupakan tentara di lapangan di sektor barat dan bukan sosok yang mengambil inisitif penyerangan. Pada saat itu Sultan Hamengku Buwono IX mendengar radio Belanda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi dan berada di bawah NICA (Nederland Indian Civil Administration).Setelah mendengar kabar itu, Sultan punya gagasan untuk menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih ada berupa gerakan untuk mengambil Yogyakarta. Gagasan ini disiarkan melalui radio lewat Wonosari, Gunungkidul ke Sumatera Barat yang dikomandani oleh Syafruddin Prawiranegara. Kabar ini diteruskan hingga ke Aceh, Thailand, dan India. Adaby mengatakan, gagasan ini kemudian disampaikan kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman yang menyetujui gerakan tersebut. Lalu Jenderal Sudirman mengutus Soepardjo Roestam bertemu Sultan yang berakhir dengan persetujuan waktu penyerangan. "Soeharto kemudian mendapatkan tugas di lapangan yaitu di sektor barat," katanya. muh syaifullah
Sidang Perdata HM Suharto Di Tunda
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sidang gugatan perdata terhadap mantan Presiden Soeharto yang seharusnya digelar besok di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ditunda selama tujuh hari."Karena dalam suasana berkabung, maka ditunda sampai tujuh hari," kata juru bicara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Efran Basuning saat dihubungi wartawan, Senin (28/1).Sidang gugatan perdata yang ditujukan kepada pendiri Yayasan Supersemar, Soeharto (almarhum) dan Yayasan Supersemar mestinya digelar dengan agenda kesimpulan. Namun, pada hari Minggu (27/1) Soeharto sebagai tergugat meninggal dunia dan pemerintah menyatakan hari berkabung nasional selama tujuh hari. Hal itu, kata Efran, merupakan pandangan yang diberikan oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Zahrul Rubain. "Itu atas pandangan beliau," ujarnya.Mengenai pembaruan surat kuasa, Efran mengatakan, hal itu belum bisa disikapi karena masih dalam masa berkabung. "Itu akan dipertimbangkan majelis di pengadilan," kata Efran yang juga anggota majelis.Seperti diberitakan, gugatan terhadap mantan Presiden Soeharto dan Yayasan Supersemar ini telah berlangsung sejak 9 Agustus lalu. Dalam gugatan perdata tersebut, jaksa pengacara negara menuntut ganti rugi materil sebesar US$ 420 juta dan Rp 185 miliar serta ganti rugi imateriil sebesar Rp 10 triliun.Rini Kustiani
TEMPO Interaktif, Semarang:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta segera mengeluarkan kebijakan rehabilitasi untuk para korban peristiwa G30SPKI yang merasa diperlakukan diskriminatif dan dianggap kelompok yang harus diwaspadai. "Kami akan menuntut pemerintah jika tidak mengeluarkan rehabilitasi kepada kami," kata Ketua Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR-KROB) Semaun Utomo di Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/1). Semaun mengatakan, saat ini adalah masa yang tepat bagi Presiden Yudhoyono mengeluarkan kebijakan rehabilitasi itu. "Meski meninggalkan beban berat bagi bangsa dan meninggalkan kejahatan kemanusiaan, tapi Soeharto sudah meninggal. Kematian itu suatu hukum alam," kata bekas Sekretaris Lembaga Sejarah Central Committe Partai Komunis Indonesia ini. Semaun mengatakan, LPR-KROB bersama dengan YLBHI dan Kontras sudah beberapa kali mengajukan permohonan rehabilitasi kepada presiden. Bahkan, permohonan itu sudah diajukan sejak presidennya Megawati. Tetapi hingga kini usaha itu belum pernah berhasil.Semaun mengatakan, sesuai dengan pasal 14 UU yang berhak memberikan rehabilitasi adalah seorang Presiden. "Kalau saat ini Presidennya adalah Yudhoyono maka yang bisa memberikan rehabilitasi kepada kami adalah Yudhoyono," katanya. Sebelumnya, Semaun menyatakan bahwa dua tahun lalu para korban peristiwa G30SPKI juga sudah mendapatkan rekomendasi dari Mahkamah Agung agar korban PKI mendapatkan rehabilitasi. Selain itu, kata dia Dewan perwakilan Rakyat dan Komisi Nasional dan HAM juga sudah memberi rekomendasi yang sama. "Kami tidak tahu, Presiden kok tidak memberi rehabilitasi kepada kami, padahal kami sudah melampirkan surat-surat rekomendasi dari MA, DPR dan Komnas HAM tersebut ke Presiden," katanya. Rofiuddin
Ketua FKB Nilai Pemberitaan Pemakaman Soeharto BerlebihanSenin, 28 Januari 2008 13:37 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Effendy Choirie mengatakan pemberitaan prosesi pemakaman mantan Penguasa Orde Baru Soeharto berlebihan. "Terlalu berlebihan. Media cetak menerbitkan dengan puluhan halaman dan media elektronik menyiarkan dari siang kemarin hingga siang ini," katanya di ruang FKB, Senin (28/1). Akibatnya, Effendy melanjutkan, meninggalnya seorang tokoh yang berjasa pada masa proklamasi M. Jusuf Ronodipuro yang merupakan pembaca naskah proklamasi di Radio Republik Indonesia (RRI) pada masa Jepang itu justru tenggelam. Jusuf meninggal dunia pada Ahad malam dan akan dimakamkan di Pemakaman Kalibata siang ini. Dia menilai, Jusuf layak mendapat perlakuan ekslusif karena sudah berjasa dan tidak ada hal yang merugikan bagi bangsa. Eko Ari Wibowo
Xanana Melayat SoehartoSenin, 28 Januari 2008 10:46 WIB
TEMPO Interaktif, Dili:Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao Senin (28/1) pagi melayat bekas presiden Soeharto. Xanana bersama beberapa stafnya berangkat dengan pesawat Merpati Indonesia.Dijadwalkan, Perdana Menteri itu akan tiba di Jakarta, kemudian terus ke Solo, tempat pemakaman Presiden II Soeharto. Bekas tahanan Cipinang itu menyampaikan Belasungkawa atas meninggalnya Soeharto. ?Almarhum Harto sudah banyak berbuat baik terhadap pembangunan negeri ini selama 24 tahun dan juga ada buruknya juga, tetapi kami harus mengampuni dosa-dosanya,? kata Xanana sebelum mengudara, di Bandar Udara Internasional, Nikolau Lobato, Dili. Ia melayat bekas pemimpin orde baru itu atas nama rakyat Timor Leste. Karena Presiden Jose Ramos Horta sedang berada di luar negeri. Sudah dua Minggu Horta berkunjung ke Italia dan Brazil. Walaupun, Horta tidak melayat, namun, peraih nobel perdamaian itu hanya mendoakan agar arwah pak Harto diterima disisi Allah. "Saya berdoa semoga amal ibadahnya diterima di sisi Yang Mahakuasa," ujarnya lewat pesan yang diterima Tempo pagi ini. Horta mengaku, walaupun ia berada diluar negeri, tetapi terus mengikuti perkembangan kesehatan pak Harto hingga wafat pukul 13.10 waktu Indonesia barat, 27 Januari 2008, di Rumah Sakit Pusat Pertamina-Jakarta. JOSE SARITO AMARAL
Guruh Enggan Menghadiri Acara Pemakaman SoehartoMinggu, 27 Januari 2008 22:42 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Keluarga besar alm. mantan Presiden Soekarno belum memutuskan sikap untuk menghadiri upacara pemakaman alm. Soeharto di Astana Giri Bangun besok. "Baru akan kami bicarakan malam ini," ujar putra terakhir Soekarno, Guruh Soekarno Putra usai melayat almarhum Soeharto di Jalan Cendana malam ini (27/1).Guruh mengatakan, sikap keluarga akan diputuskan oleh seluruh anak kandung Soekarno melalui sambungan telepon. Meski demikian, secara pribadi Guruh mengaku enggan menghadiri acara tesebut. "Cukup mendoakan," kata Guruh yang pulang bersama putri proklamator Mohammad Hatta, Mutia Hatta.Guruh mengaku bisa memaafkan perlakuan Soeharto terhadap ayahnya. Meski demikian, ia tetap mendukung proses hukum yang saat ini tengah menjerat Soeharto. "Sebagai seorang muslim saya tentu harus memaafkan. Tapi proses hukum tidak bisa dicampuradukkan dengan perasaan," katanya. Riky Ferdianto
457 Wartawan Liput Pemakaman Soeharto
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebanyak 457 wartawan, baik nasional, lokal, maupun internasional telah mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu pers meliput di kawasan astana giri bangun, karang anyar, tempat mantan presiden soeharto dimayamkan.Banyaknya peliput pada pemakaman tersebut karena masing-masing media mengirimkan sejumlah personil pada peliputan. Dari data yang diperoleh Tempo, media yang paling banyak mengirimkan personilnya ialah Metro TV, 32 personil, disusul TVRI Yogyakarata 31 personil, SCTV 24 personil, RRI 17 personil, RCTI 16 personil, Jawa Pos 12 personil. Adapun media internasional terbanyak mengirimkan personil adalah Reuters 11 orang dan Kompas 9 orang. Kepala Penerangan Korem 074 Surakarta Kapten Baso Syukri membenarkan data tersebut. "Yang mendaftar memang banyak," kata dia. Meskipun libur para petugas di Korem 074 harus masuk menyusul pemberitaan wafatnya mantan Presiden Soeharto. Beberapa wartawan masih mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu pres, tapi kartu telah habis. "Kami tidak berani menerima pendaftaran lagi karena kartu sudah habis," kata seorang petugas. Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, wartawan-wartawan tidak bisa meliput ke makam astana giri bangun. Wartawan yang memperoleh kartu pres hanya diperkenankan memasuki pelataran astana giri bangun yang berjarak 4 kilometer dari makam. "Hanya TVRI yang diperkenankan oleh keluarga Cendana untuk meliput prosesi pemakaman di dalam astana giri bangun," ujar seorang petugas yang tak mau disebutkan namanya. Bernada Rurit
Mahathir Gelar Jumpa Pers Soal Soeharto
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, menggelar jumpa pers di Putera Jaya, Malaysia pukul 14.00. setelah mengetahui wafatnya mantan presiden Soeharto."Saya menelpon Mahathir pukul 13.15," kata keponakannya Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, Feisal Hashim kepada Tempo, Jakarta (27/1). Dia menambahkan Mahathir tidak bisa datang karena tak enak badan.Ketika mengetahui Soeharto waffat, dia sangat emosional. "Dia harus menangis dan suaranya terbata-bata,' kata Feisal. Mahathir rencananya akan menelpon langsung mbak Tutut untuk menyatakan belasungkawa besok. (FAISAL ASSEGAF)
HM.Suharto Meninggal Dalam Keadaan Tidur
TEMPO Interaktif, Jakarta:Koordinator Tim Dokter Keprisedinan, Djoko Rahardjo mengatakan Soeharto meninggal dalam keadaan tidur. "Tak sadar saja, begitu," kata Djoko, Jakarta (27/1).Dia mengaku bersama anggota tim dokter lainnya telah berusaha semaksimal mungkin. "Tapi Tuhan berkehendak lain," tutur Djoko.Dia menambahkan jenazah akan disemayamkan di Cendana. "Dibersihkan di sana baru di bawa kie Solo dan akan didampingi oleh seluruh keluarganya," katanya. Penyebab kematian, kegagalan fungsi organ.Sementara itu salah satu anggota tim dokter, Jose mengungkapkan secara umum kondisi tubuh Soeharto sangat kuat. Meskipun, paru-paru, jantung dan ginjalnya sudah terkena infeksi sistemik dan membebani semua organ lain, Soeharto mampu bertahan selama 23 hari.Senada dengan Djoko, dia mengungkapkan tim dokter cukup maksimal, mengusahakan kesembuhan Soeharto. "Semua daya upaya dilakukan mulai dari alat kedokteran, perawatan hingga obat-obatan," katanya. Jose mengaku sudah 10 tahun merawat Soeharto. "Dia orang yang sangat kuat mental dan fisiknya," katanya.Menurut Direktur RSPP yang juga ikut merawat Soeharto, Djoko Sanyoto, Soeharto meninggal pukul 13.13. Penyebabnya kegagalan multi organ dan tak memiliki pesan sebelum menghembuskan nafas terakhir.Menurut Sanyoto, anak-anaknya mendampinginya. Mereka merapalkan doa. "Surat Yasin dan syahadat dibacakan," tuturnya.Sebelum jenazah di bawa ke ambulans, tampak dari lorong UGD RSPP, Prabowo Soebianto dan Sudi Silalahi yang melafalkan syahadat ketika mendorong jenazah Soeharto menuju ambulans.Sempat terjadi keributan kecil antara wartawan dan petugas keamanan. Seorang wartawan dipukul oleh aparat kemanan. Hingga kini belum diketahui identitasnya. Selain itu ada seorang wartawan RCTI bernama lady simarmata, 26 tahun tertabrak sebuah Land Cruisser hitam yang dikemudikan oleh Edi Sarminto. Mobil bernomor B 1498 DK milik anggota DPR Fraksi Demokrat dari Komisi II, Mayjen Mulyono. Hingga saat ini Lady dan Edi dibawa ke ruang UGD. Edi nyaris dihajar oleh wartawan. Desy Pakpahan Reh Atemalem Nur Rochmi

Kenangan Untuk Bangsa Indonesia

Yudhoyono: Akui Jasa SoehartoKaranganyar, 28 Januari 2008 16:24
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh bangsa Indonesia agar berjiwa besar dan tulus memberikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas darma bakti Soeharto kepada bangsa dan negara ini."Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, seorang pejuang setia, prajurit sejati dan seorang negarawan terhormat," kata Presiden Yudhoyono, saat memberikan kata sambutan pada upacara kenegaraan pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1)."Dengan jujur dan hati yang bersih, kita patut mengakui begitu banyak jasa yang almarhum berikan kepada bangsa dan negara," kata Kepala Negara.Menurutnya, masyarakat juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa dan juga layaknya seorang pemimpin maka almarhum tentulah tidak luput dari kekhilafan dan kekurangan."Tidak ada manusia umat hamba Allah yang sempurna di dunia ini. Pada kesempatan yang penting ini, saya juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan almarhum semoga ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa , Allah SWT sesuai dengan perjuangan, pengorbanan dan amal ibadahnya," jelas Presiden Yudhoyono.Sepanjang hayatnya, kata Presiden Yudhoyono, Soeharto telah menapaki perjalan panjang di dalam karier militer, politik, dan pemerintahan.Ketika terjadi revoluasi fisik tahun 1945-1949 almarhum berjuang gigih berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara yang masih berusia muda.Sejarah juga mencatat sejumlah perjuangan yang monumental yaitu ketika Soeharto bersama pejuang lainnya melakukan Serangan Umum 1 Maret Tahun 1949 dan berhasil menduduki Kota Yogyakarta. "Peristiwa penting itu memberikan bobot dan kekuatan tersendiri pada diplomasi kita yan berujung pada kedaulantan Republik Indonesia," katanya.Sedangkan pasca revolusi tahun 1962, ketika bangsa Indonesia memperjuangkan membebaskan Irian Barat, lanjut Presiden Yudhoyono, Soeharto kembali memenuhi panggilan negara untuk memenuhi tugas mulia sebagai Panglima Komando Mandala.Pada tahun 1965 ketika bangsa Indonesia kembali diuji oleh peristiwa pemberontakan G-30S PKI, Soeharto kembali tampil mengemban tugas untuk menyelamatkan keutuhan negara, keutuhan bangsa serta melaksanakan pemulihan keamanan dan ketertiban.Presiden Yudhoyono, yang saat membacakan pidato mengenakan jas dan berpeci hitam, mengatakan bahwa Soeharto, sejak dilantik sebagai Presiden RI pada 27 Maret 1968, gigih memimpin pembangunan nasional yang tertumpu pada Trilogi Pembangungan yaitu, Stabilitas, Pertumbuhan, dan Pemerataan."Sejumlah prestasi dan keberhasilan telah dicapai pemerintahan yang dipimpin almarhum apda hakekatnya mengantarkan bangsa Indonesia setapak demi setapak menjadi bangsa yang makin maju dan makin sejahtera," demikian Kepala Negara. [EL, Ant]
Tutut: Selamat Jalan Bapak...Solo, 28 Januari 2008 16:50Siti Hardiyanti Indra Rukmana atau yang biasa disapa Mbak Tutut, mewakili keluarga Soeharto, meminta masyarakat untuk memaafkan segala dosa dan kesalahan yang disengaja maupun tidak selama masa hidup ayahnya."Kami sadar almarhum adalah manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan serta tidak luput dari kesalahan. Kami juga mohon kiranya bapak-bapak dan ibu sekalian berkenan memaafkan segala kesalahan dan kekhilafan almarhum," kata Tutut, saat menyampaikan sambutan pada upacara kenegaraan pemakaman Soeharto di pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, Solo, Senin (28/1).Dengan tersedu-sedu, Tutut menyampaikan terima kasih dan penghargaan setingginya kepada semua pihak termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang telah menghadiri upacara pemakaman ini.Bagi keluarga, kata Tutut, Soeharto adalah adalah ayah, eyang, uyut, dan orangtua, yang sangat dikagumi."Beliau adalah teman yang akrab, yang sangat kami sayangi, beliau adalah guru dan teladan kami yang baik dan amat kami hormati dan terlibat langsung dalam perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI dan ikut mengisi kemerdekaan melalui pembangunan. Bapak, selamat jalan bapak, doa kami selalu menyertaimu," papar Tutut, diselingi isak tangis.Sejumlah anggota keluarga lain yang berdiri di belakang Tutut semua menitikkan air mata, saat Tutut membacakan sambutannya itu. Sementara hadirin yang mengikuti upacara pemakaman itu, larut dalam suasana sedih dan haru yang merebak di ruangan itu.Sebelumnya, jenasah mantan presiden Soeharto, sekitar pukul 12.15 WIB, dimakamkan dalam upacara kemiliteran yang dipimpin Presiden Yudhoyono.Upacara pemakaman dimulai dengan pembacaraan riwayat hidup oleh Sekmil Kepresidenan Mayjen TNI Bambang Sutedjo, yang menyebutkan bahwa Soeharto selama hidupnya mendapat 27 penghargaan dari pemerintah, serta sejumlah penghargaan dari negara-negara sahabat dan badan dunia. [TMA, Ant]
Pemerintah Akui Jasa Besar SoehartoKaranganyar, 28 Januari 2008 14:58Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah mengakui jasa besar Soeharto, baik dalam masa perjuangan maupun selama memimpin Indonesia.Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono, saat memberikan sambutan pada upacara pemakaman Soeharto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1), yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah, para perwakilan negara-negara sahabat, dan masyarakat setempat.Sepanjang hidup almarhum, lanjut Presiden Yudhoyono, diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Pada tahun 1945-1949, Soeharto berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan kembali kedaulatan bangsa dan negara yang saat itu masih berusia muda.Kemudian, pada tanggal 1 Maret 1949, almarhum juga memimpin Serangan Oemoem dan berhasil menduduki kembali Ibu Kota Yogaykarta. Tahun 1962, almarhum juga bertindak sebagai Panglima Komando Mandala yang diakui berhasil dari sisi diplomasi dan militer.Tiga tahun kemudian tepatnya 1965, Soeharto berhasil menyelamatkan bangsa dan negara sekaligus memulihkan keamanan dan ketertiban dari Gerakan 30 September.Sejak menjadi pemimpin Indonesia tanggal 27 Maret 1968, Soeharto gigih melakukan pembangunan nasional dengan meletakkan konsep Trilogi Pembangunan yang menekankan pada stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan.Dengan segala kejujuran dan hati yang bersih, kata Presiden Yudhoyono, pemerintah mengakui banyak jasa yang diberikan Soeharto kepada bangsa dan negara selama hidup. "Sebagai bangsa yang berjiwa besar, pemerintah mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tinggi kepada almarhum," katanya.Sebagai manusia, Soeharto tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan karena sudah semestinya seluruh bangsa Indonesia memaafkan dan mendoakannya. "Selamat jalan Bapak Pembangunan," kata Presiden Yudhoyono.Jenderal Besar (Purn) TNI Soeharto selama masa hidupnya telah menerima 27 tanda penghormatan dari dalam negeri, 38 tanda penghormatan dari luar negeri, dan tujuh dari badan dunia. [EL, Ant]
Tangis Tutut Iringi Perjalanan Akhir SoehartoJakarta, 28 Januari 2008 11:16Salah seorang putri mantan presiden Soeharto, Siti Hardianti Indra Rukmana, alias Mbak Tutut, terlihat terus menangis sepanjang jalan dari kediaman di Jl Cendana hingga ke Halim Perdanakusuma.Suasana duka juga masih terlihat jelas di wajah para keluarga yang berada di bus di belakang iring-iringan mobil jenazah.Mbak Tutut, yang duduk di bangku paling depan tepat di belakang sopir terlihat sesekali menyeka air mata dengan sapu tangan. Sementara duduk disampingnya Sigit Hardjoyudanto hanya duduk diam terpaku.Meski dengan mata sembab, Mbak Tutut masih juga menyempatkan melambaikan tangan kepada warga yang berada di sepanjang jalan. Setidaknya saat berada di perempatan Jl Teuku Umar, Mbak Tutut membalas lambaian tangan warga yang berada di sisi jalan.Sementara Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, yang duduk di bangku nomor dua tepat di belakang Mbak Tutut, hanya diam menatap jalanan. Salah seorang cucu laki-laki almarhum Soeharto terlihat duduk di samping Tommy.Saat menunggu pemberangkatan iring-iringan jenazah, Mbak Tutut terlihat terisak menangis. Warga yang kebetulan berada di samping kanan bus tempat Mbak Tutut berada, ikut terharu.Sekitar pukul 07.30 WIB rombongan mobil jenazah dan pengiringnya mulai bergerak meninggalkan kediaman.Mobil Ketua DPR RI Agung Laksono berada di belakang mobil jenazah dan diikuti empat bus lainnya yang diisi keluarga dan kerabat lainnya.Secara khusus pihak keluarga juga menyediakan tiga buah bus lainnya yang bisa digunakan oleh siapa saja. Beberapa petugas bahkan menawarkan kepada para wartawan yang ingin ikut menuju Halim Perdanakusuma. [EL, Ant]
PM Australia Menyatakan Duka CitaSydney, 28 Januari 2008 10:46Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menyatakan rasa duka atas meninggalnya mantan presiden Soeharto, Minggu. Ia menggambarkan almarhum sebagai figur yang kontroversial berkaitan dengan masalah hak asasi manusia (HAM) dan Timor Timur.Soeharto meninggal dalam usia 86 tahun akibat menderita komplikasi penyakit setelah tiga pekan berjuang untuk bertahan hidup menghadapi gagal jantung, pernafasan, dan ginjal.PM Rudd memuji peran Soeharto dalam memajukan Indonesia dan membantu membangun ASEAN dan APEC, dan menggambarkan almarhum sebagai figur yang sangat berpengaruh di kawasan ini termasuk Australia.Namun, pemimpin sayap kiri-tengah itu tidak segan mengkritik Soeharto saat memimpin."Mantan presiden itu juga merupakan figur kontroversial terhadap masalah HAM dan Timor Timur dan tidak menyetujui sejumlah pendekatan kebijakan Soeharto," kata Rudd dalam suatu pernyataan, dan menekankan pentingnya hubungan baik Australia-Indonesia."Kini negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya, di mana Australia berperan sangat penting untuk kepentingan politik dan keamanan," ujar Rudd."Indonesia sukses sebagai negara demokrasi modern menjadi sangat penting, bukan saja bagi Australia, tapi juga di kawasan ini dan dunia," paparnya.Rudd menyampaikan belasungkawa terhadap rakyat Indonesia atas wafatnya Soeharto tersebut. [TMA, Ant]
Sumur Pak Harto"Kehadiran seorang figur dominan dalam situasi kritis dan momen historis yang menentukan," tulis Lloyd George, "bisa mengubah jalannya peristiwa selama bertahun-tahun, bahkan beberapa generasi mendatang."Dengan kejatuhan atau kematianya, pengaruh pemimpin besar tidak serta-merta sirna. Ada gading yang ditinggalkannya: karisma. Ibarat sumur yang mengalirkan energi (kebaikan atau keburukan), karisma tak pernah habis karena diberikan. Ia boleh tertimbun (sementara waktu) oleh gelegak sosial atau histeria massa. Tapi, dalam reformasi yang tak kunjung menemukan orde sosial baru, disertai hilangnya kepercayaan pada janji perubahan, orang mencari juru selamat. Mereka menggali kembali sumur karisma.Transisi menuju demokrasi adalah fase tergenting dan frustating di ruang tunggu sejarah. Ketika "yang lama" mulai pudar, sedangkan "yang baru" tidak kunjung lahir, publik terombang-ambing di dalam limbo: tertarik ke orbit nostalgia (merayakan masa lalu) atau merentas visi masa depan (konsolidasi demokrasi).Dalam kegalauan inilah berjangkit virus kekecewaan publik dalam bentuk apatisme dan pesimisme. Hal ini menyusul ketakpastian jagat politik, lambannya pemulihan ekonomi, rapuhnya kepastian hukum, konflik etno-religius, anarkisme massa, manuver avonturir kaum "ronin", perpecahan pemimpin politik, berjangkitnya neo-KKN, serta melemahnya legitimasi dan efektivitas pemerintahan baru.Diperlukan kepemimpinan otoritatif untuk memulihkan keyakinan dan kepercayaan publik. Dalam kasus Indonesia, demokratisasi berkembang memenuhi nubuat sinis dari Thomas Carlyle, "Democracy, which means despair of finding any heroes to govern you." Para pelopor reformasi gagal menjadi pahlawan perubahan karena hasrat kemapanan yang terlampau cepat. Nyaris memenuhi gambaran Hannah Arendt, "Seorang revolusioner (baca: reformer) yang paling radikal pun segera menjadi konservatif setelah revolusi berakhir."Konservatisasi kaum reformis mudah terjerat jejaring status quo, membuat batas antara masa lalu dan masa depan jadi kabur. Kepercayaan luntur, pahlawan pudar, dan keyakinan lenyap. Orang kembali berpaling ke sumur karisma. Para pemimpin dengan defisit legitimasi dan reputasi mencoba meraih poin dengan berasosiasi dan berempati pada "pemimpin besar".Para elite berebut air berkah dari sumur karisma. Tidak peduli lagi bahwa sumur itu (dilu) mengandung benih "toksid" (racun) kekuasaan, yang dulu ingin mereka bersihkan. Mereka menikmati "Soehartoksikasi".Gejala trance ini mendapat peneguhannya dari liputan media pers. Dalam defisit pengaruh, mereka mengalami dahaga atas status, sedangkan kekuatan magis media menganugerahkan status pada seseorang. Ini yang membuat politik pemberitaan terpusat pada drama sakitnya sang pemimpin besar. Intensifikasi terpaan media membuat para pencari status berlomba menjenguk dan mengomentasi Pak Harto.Dalam setting media, fenomena sakitnya Pak Harto lantas menyediakan arena bagi pertunjukan drama absurd kehidupan. Pesakitan jadi penggugat, penggugat menjadi pemaaf, yang minta dimaafkan tak sudi memaafkan, yang cari jalan tengah memilih jalan tak ada ujung. Semuanya melakoni dunia nyata sebagai panggung sandiwara.Di dalam panggung sandiwara ini, begitu tipis realitas kebaikan yang disimpan di album memorabilia. Begitu banyak ketakadilan yang dipetieskan di gudang oblivia. Akibatnya, sikap kejiwaan bangsa cenderung meragukan kebenaran dan merayakan ambiguitas.Padahal, seperti kata Mary Zurbuchen, "Negara-negara yang pernah mengalami represi dan kekerasan dalam skala besar akan mengalami kesulitan untuk mengonsolidasikan penataan pemerintahan baru, kecuali mereka mampu mengambil sikap yang jelas dalam menyelesaian masa lalu."Dalam kaitan dengan masa lalu, Barenboim (ahli rekonsiliasi) mengingatkan, "Certain matters require the generosity of forgetfulness, and others demand the honesty of remembrance." Ada hal-hal yang perlu kelapangan untuk melupakan, dan ada hal-hal yang perlu kejujuran untuk mengingat.Apa pun penilaian orang atas perilaku dan kebijakan Pak Harto, ia telah memberi andil besar dalam mempengaruhi dan merefleksikan wajah kita sebagai bangsa. Dalam ungkapan bombastis Vatikiotis, "Suharto has done more to shape Indonesian society than any other figures in the country's history." Namun perlu segera ditambahkan bahwa Soeharto pun barangkali telah berbuat lebih dalam mewariskan tindak kekerasan, korupsi, dan anti-intelektualisme dibandingkan dengan pemimpin lainnya.Jejak-jejak kebaikannya tak boleh diruntuhkan dan dilupakan. Harus ada kejujuran untuk menghargainya. Terhadap jejak-jejak keburukannya harus ada keberanian untuk menghapusnya, dengan membiarkan kebenaran menyatakan diri.Setiap lompatan besar dalam politik indonesia selalu tertawan oleh masa lalu. kebiasaan kita untuk melupakan masa lalu dengan mengulanginya, bukan dengan melampauinya, membuat perilaku politik Indonesia tak pernah melampaui fase kekanak-kanakannya (regressive politics).Keburukan masa lalu bukan untuk ditutupi, melainkan perlu diungkap, didamaikan, dan dilampaui!Yudi LatifDoktor Sosiologi Politik, Direktur Eksekutif Reform Institute[Perspektif, Gatra Nomor 11 Beredar Kamis, 24 Januari 2008]
Presiden TerlamaKamis, 17 Januari 2008, adalah hari biasa. Tapi, semestinya tidak bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di hari itu, usia kepresidenannya memasuki hari ke-1.187. Jadilah ia presiden terlama sepanjang sejarah reformasi.Tiga presiden sebelum Yudhoyono tak bisa bertahan "selama" itu. Baharuddin Jusuf Habibie berkuasa hanya 518 hari, dari 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Abdurrahman Wahid hanya bertahan 642 hari hingga dipecat MPR pada 23 Juli 2001. Sedangkan Megawati Sukarnoputri menjadi presiden selama 1.186 hari hingga digantikan Yudhoyono pada 20 Oktober 2004.Reformasi pun seolah menjadi arena "balas dendam" atas masa lalu. Sebelum reformasi, hanya ada dua presiden dan seorang pemimpin pemerintahan darurat yang pernah berkuasa selama 53 tahun kemerdekaan: Sukarno, Sjafruddin Prawiranegara dan Soeharto. Di era reformasi, hanya dalam satu dasawarsa kita mengalami pergantian empat presiden.Di masa lalu, dua presiden berkuasa sepanjang beberapa dasawarsa. Selama reformasi, empat presiden bergantian berkuasa dalam hitungan tahun. Dulu, waktu seolah terjepit berhenti di bawah ketiak presiden kuat. Sekarang, banyak hal berkembang tanpa kendali penuh para presiden.Di tengah perubahan cepat, empat presiden jatuh dan bangun sambil mengajarkan betapa tak sederhananya kerja kekuasaan dalam demokrasi. Setiap presiden dituntut pandai mengelola empat pilar kekuasaan: kualitas kepemimpinan, kemampuan manajemen pemerintahan, kecanggihan memproduksi kebijakan publik berkualitas, dan ketelatenan merawat dukungan politik dari elite dan orang banyak.Di tengah stigma sebagai pelanjut masa lalu, Habibie gagal merawat dukungan politik. Ia bahkan didepak partainya sendiri. Karena begitu cepat dan dramatisnya ia tersingkir, potensi Habibie sebagai manajer pemerintahan, pembuat kebijakan, dan pemimpin pun tak bisa ditimbang dengan layak.Wahid begitu gemar menambah musuh-musuh politiknya dari waktu ke waktu. Ia boleh jadi merupakan presiden tercepat di dunia dalam menyulap para penyokong awal menjadi oposan sengitnya. Gagasan-gagasan besar dan cemerlang Wahid tentang demokrasi ("Gus Dur Makro") terbunuh oleh keterbatasan kualitas kepemimpinan, kegagapan manajemen pemerintahan, kelangkaan kebijakan berkualitas, dan kecepatan mengeroposkan dukungan politik atasnya ("Gus Dur Mikro"). Kekuasaan Wahid cepat berakhir akibat pertikaian hebat dan mematikan antara "Gus Dur Makro" dan "Gus Dur Mikro" itu.Sementara itu, kebesaran mitologis Megawati dengan cepat mengempis menjadi sosok historis seorang presiden biasa-biasa. Manakala diberi peluang sejarah untuk membuktikan kualitasnya sebagai politisi dan pemimpin besar, Megawati malah membuat pembuktian sebaliknya. Ternyata, 1.186 hari berkuasa sama sekali tak cukup baginya untuk membangun empat pilar kepemimpinan demokratis yang dibutuhkan. Yang terjadi justru pembuktian betapa hebatnya bakat-bakat kepemimpinan mendiang Sukarno, sang ayah, sebegitu hebatnya sehingga tak ada yang tersisa untuk anaknya.Datanglah Yudhoyono membawa janji-janji perubahan. Sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung dan sebagai pemenang besar pemilihan itu, Yudhoyono diberi tugas sejarah menjadi sang pembawa dan pengelola amanat. Hasilnya "gemilang": Ia gagal membuktikan kualitas kepemimpinan, kemampuan manajemen pemerintahan, dan kualitas kebijakan publik sekaligus. Alih-alih, ia lebih senang berasyik-masyuk merawat dukungan politik di tingkat elite.Maka, dari balik sukses Yudhoyono menjadi "presiden terlama", menyeruak sebuah ironi. Ia mampu memelihara dan memperkuat kekuasaan lantaran senang memberi begitu banyak kompromi untuk berbagai kekuatan yang saling tukar kepentingan dengannya. Celakanya, ongkos pertukaran ini mahal: kekuatan kepemimpinannya tak terbangun, kesehatan manajemen pemerintahannya terganggu, dan kualitas kebijakannya cedera.Walhasil, keempat presiden itu telah dan tengah membuktikan betapa tak mudah menguasai pemikiran tentang demokrasi, perilaku demokratis, dan keterampilan berdemokrasi sekaligus. Sebaliknya, mereka telah dan tengah membuktikan betapa mudahnya mengikuti keinginan dan kepentingan sendiri sambil abai pada kepentingan orang banyak yang semestinya mereka layani.Alexandra Auguste Ledru-Rollin, politisi Prancis yang hidup dua setengah abad lalu, menegaskan bahwa seorang pemimpin adalah penyeru: "Ya, sayalah pemimpin, karena itu saya harus mengikuti kemauan orang-orang yang saya pimpin!" Sepuluh tahun reformasi membuktikan, sungguh tak mudah menemukan orang semacam itu. Betapa mudah menemukan "penguasa" dan betapa sulit bersua "pemimpin".Eep Saefulloh FatahDirektur Eksekutif Sekolah Demokrasi Indonesia[Perspektif, Gatra Nomor 8 Beredar Kamis, 3 Januari 2008]
Hendarman Tolak Bicara Proses Hukum SoehartoNusa Dua, 28 Januari 2008 00:56Jaksa Agung Hendarman Supandji belum bersedia berkomentar soal kelanjutan gugatan perdata terhadap Soeharto.Usai rapat tim delegasi Indonesia untuk forum konferensi negara peserta Konvensi Internasional Antikorupsi (UNCAC) di Nusa Dua, Bali, Minggu (27/1), Hendarman mengatakan, saatnya belum tepat untuk membicarakan kasus hukum mantan Presiden tersebut."Minggu ini kita jangan ngomong soal itu dulu lah. Saya mengucapkan berduka cita, semoga keluarganya tabah," ujarnya.Hendarman mengakui, konferensi UNCAC di Bali membicarakan soal pengembalian aset. Namun, pembicaraan itu tidak spesifik soal pengembalian aset-aset milik mantan presiden RI itu.Dalam forum, lanjut Hendarman, juga akan dibahas soal Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative yang dikeluarkan oleh Bank Dunia."Mereka hanya memperkenalkan teknis pengembalian aset. Mereka juga akan memberi data ke kita, namun itu belum konkret," ujarnya.Tim delegasi Indonesia, Minggu malam (27/1), menggelar rapat untuk mempersiapkan agenda Indonesia dalam forum UNCAC yang akan berlangsung pada 28 Januari hingga 2 Februari 2008 di Bali Convention Center, Nusa Dua.Selain Hendarman, rapat itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Taufik Effendy, serta Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar.Dalam konferensi yang diikuti oleh 140 negara penandatangan UNCAC itu, Indonesia akan mengedepankan masalah pengembalian aset. [EL, Ant]