Senin, 28 Januari 2008

Berita Kematian Soeharto Dikritik

TEMPO Interaktif, Karanganyar: Roda Toyota Alphard yang baru saja menggelinding turun membawa rombongan putra-putri Soeharto dari Astana Giribangun seperti menjadi aba-aba tumpahnya air dari langit. Hujan deras disertai hembusan angin menutup prosesi pemakaman mantan penguasa orde baru itu.Satu persatu orang terdekat Soeharto meninggalkan cungkup Argosari melalui dua pintu gerbang. Ari Sigit, cucu Soeharto, merupakan kerabat terdekat Cendana yang terlihat keluar paling awal. Dia mengantarkan sahabat kakeknya, Mahatir Muhamad meninggalkan pusara. Ari melepaskan kepulangan Mahatir ke dalam mobilnya.Mahathir yang datang terlambat ketika upacara pemakamn sudah usai justru yang terlihat sedih. Matanya berkaca-kaca. Ucapannya yang ditunggu wartawan pun tak tuntas keluar dari kerongkongan. Dia mengaku sedih karena kehilangan seorang sahabat. "Dia adalah............," katanya tertahan sebelum mampu meneruskan kalimat menjadi "Dia berjasa dalam membangun dan menjayakan ASEAN,"Tak lama berselang, Tommy Soeharto yang keluar. Wajahnya menampakkan rasa lelah meski dia berusaha tersenyum. Wartawan pun mengerubungi untuk sekedar mendapatkan sepatah dua patah kata dari mulutnya. "Kami sedang berduka," katanya mengelak.Kendaraan Tommy menderu meninggalkan Giribangun. Tiga kakaknya, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamik dan Siti Hediati Hariyadi alias Titik Soeharto serta Bambang Triatmodjo secara bergiliran turun. Melalui pintu belakang mereka langsung dikelilingi belasan anggota Kopassus. Tak ada yang bisa mendekat. Di balik kerudung hitam, wajah mereka kelihatan sembab.Hujan deras itu baru reda sejam kemudian. Dari tempat itu, di areal parkir bagian bawah, masyarakat berebut secuil rejeki. Seribuan karangan bunga duka cita mereka preteli. Mereka berharap bisa mendapat bunga atau sekadar kardusnya saja. "Kardusnya dikilokan," kata Supari, salah satu warga yang mengumpulkan kardus.Pemulung barang bekas, terutama botol minuman bergerak cepat. Menjumputi botol plastik dan berharap karung mereka segera penuh. Mereka yang memiliki sepeda motor pun langsung tancap gas naik ke areal parkir terdekat menjemput penumpang yang tak kebagian mobil penjemput. Parno, warga Macanan, Kebak Kramat, Karanganyar menunggui seorang menteri yang sebelumnya dia antarkan karena terjebak macet. "Lumayan, tidak sampai sehari dapat seratus ribu rupiah lebih," kata lelaki yang sehari-hari menjadi buruh pabrik plastik ini. imron rosyid
TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Sejarawan Universitas Gajah Mada Yogyakarta Adaby Darban menyerukan buku pelajaran sejarah di sekolah perlu direvisi. Terutama materi tentang "Serangan Oemoem 1 Maret" 1948 di Yogyakarta. Dalam buku-buku sejarah, Soeharto menyatakan dirinya sebagai pemrakarsa serangan tersebut. "Kita pernah mempermasalahkan pernyataan tersebut," kata Adaby di Yogyakarta pada Senin (28/1). Untuk mengungkap kebenaran pernyataan itu, sejarawan mendatangkan saksi sejarah Marsudi, seorang bentara (kurir) Sultan Hamengku Buwono IX. "Pemrakarsa serangan itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX," katanya.Menurut Adaby, saat itu Soeharto merupakan tentara di lapangan di sektor barat dan bukan sosok yang mengambil inisitif penyerangan. Pada saat itu Sultan Hamengku Buwono IX mendengar radio Belanda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi dan berada di bawah NICA (Nederland Indian Civil Administration).Setelah mendengar kabar itu, Sultan punya gagasan untuk menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih ada berupa gerakan untuk mengambil Yogyakarta. Gagasan ini disiarkan melalui radio lewat Wonosari, Gunungkidul ke Sumatera Barat yang dikomandani oleh Syafruddin Prawiranegara. Kabar ini diteruskan hingga ke Aceh, Thailand, dan India. Adaby mengatakan, gagasan ini kemudian disampaikan kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman yang menyetujui gerakan tersebut. Lalu Jenderal Sudirman mengutus Soepardjo Roestam bertemu Sultan yang berakhir dengan persetujuan waktu penyerangan. "Soeharto kemudian mendapatkan tugas di lapangan yaitu di sektor barat," katanya. muh syaifullah
Sidang Perdata HM Suharto Di Tunda
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sidang gugatan perdata terhadap mantan Presiden Soeharto yang seharusnya digelar besok di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ditunda selama tujuh hari."Karena dalam suasana berkabung, maka ditunda sampai tujuh hari," kata juru bicara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Efran Basuning saat dihubungi wartawan, Senin (28/1).Sidang gugatan perdata yang ditujukan kepada pendiri Yayasan Supersemar, Soeharto (almarhum) dan Yayasan Supersemar mestinya digelar dengan agenda kesimpulan. Namun, pada hari Minggu (27/1) Soeharto sebagai tergugat meninggal dunia dan pemerintah menyatakan hari berkabung nasional selama tujuh hari. Hal itu, kata Efran, merupakan pandangan yang diberikan oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Zahrul Rubain. "Itu atas pandangan beliau," ujarnya.Mengenai pembaruan surat kuasa, Efran mengatakan, hal itu belum bisa disikapi karena masih dalam masa berkabung. "Itu akan dipertimbangkan majelis di pengadilan," kata Efran yang juga anggota majelis.Seperti diberitakan, gugatan terhadap mantan Presiden Soeharto dan Yayasan Supersemar ini telah berlangsung sejak 9 Agustus lalu. Dalam gugatan perdata tersebut, jaksa pengacara negara menuntut ganti rugi materil sebesar US$ 420 juta dan Rp 185 miliar serta ganti rugi imateriil sebesar Rp 10 triliun.Rini Kustiani
TEMPO Interaktif, Semarang:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta segera mengeluarkan kebijakan rehabilitasi untuk para korban peristiwa G30SPKI yang merasa diperlakukan diskriminatif dan dianggap kelompok yang harus diwaspadai. "Kami akan menuntut pemerintah jika tidak mengeluarkan rehabilitasi kepada kami," kata Ketua Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR-KROB) Semaun Utomo di Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/1). Semaun mengatakan, saat ini adalah masa yang tepat bagi Presiden Yudhoyono mengeluarkan kebijakan rehabilitasi itu. "Meski meninggalkan beban berat bagi bangsa dan meninggalkan kejahatan kemanusiaan, tapi Soeharto sudah meninggal. Kematian itu suatu hukum alam," kata bekas Sekretaris Lembaga Sejarah Central Committe Partai Komunis Indonesia ini. Semaun mengatakan, LPR-KROB bersama dengan YLBHI dan Kontras sudah beberapa kali mengajukan permohonan rehabilitasi kepada presiden. Bahkan, permohonan itu sudah diajukan sejak presidennya Megawati. Tetapi hingga kini usaha itu belum pernah berhasil.Semaun mengatakan, sesuai dengan pasal 14 UU yang berhak memberikan rehabilitasi adalah seorang Presiden. "Kalau saat ini Presidennya adalah Yudhoyono maka yang bisa memberikan rehabilitasi kepada kami adalah Yudhoyono," katanya. Sebelumnya, Semaun menyatakan bahwa dua tahun lalu para korban peristiwa G30SPKI juga sudah mendapatkan rekomendasi dari Mahkamah Agung agar korban PKI mendapatkan rehabilitasi. Selain itu, kata dia Dewan perwakilan Rakyat dan Komisi Nasional dan HAM juga sudah memberi rekomendasi yang sama. "Kami tidak tahu, Presiden kok tidak memberi rehabilitasi kepada kami, padahal kami sudah melampirkan surat-surat rekomendasi dari MA, DPR dan Komnas HAM tersebut ke Presiden," katanya. Rofiuddin
Ketua FKB Nilai Pemberitaan Pemakaman Soeharto BerlebihanSenin, 28 Januari 2008 13:37 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Effendy Choirie mengatakan pemberitaan prosesi pemakaman mantan Penguasa Orde Baru Soeharto berlebihan. "Terlalu berlebihan. Media cetak menerbitkan dengan puluhan halaman dan media elektronik menyiarkan dari siang kemarin hingga siang ini," katanya di ruang FKB, Senin (28/1). Akibatnya, Effendy melanjutkan, meninggalnya seorang tokoh yang berjasa pada masa proklamasi M. Jusuf Ronodipuro yang merupakan pembaca naskah proklamasi di Radio Republik Indonesia (RRI) pada masa Jepang itu justru tenggelam. Jusuf meninggal dunia pada Ahad malam dan akan dimakamkan di Pemakaman Kalibata siang ini. Dia menilai, Jusuf layak mendapat perlakuan ekslusif karena sudah berjasa dan tidak ada hal yang merugikan bagi bangsa. Eko Ari Wibowo
Xanana Melayat SoehartoSenin, 28 Januari 2008 10:46 WIB
TEMPO Interaktif, Dili:Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao Senin (28/1) pagi melayat bekas presiden Soeharto. Xanana bersama beberapa stafnya berangkat dengan pesawat Merpati Indonesia.Dijadwalkan, Perdana Menteri itu akan tiba di Jakarta, kemudian terus ke Solo, tempat pemakaman Presiden II Soeharto. Bekas tahanan Cipinang itu menyampaikan Belasungkawa atas meninggalnya Soeharto. ?Almarhum Harto sudah banyak berbuat baik terhadap pembangunan negeri ini selama 24 tahun dan juga ada buruknya juga, tetapi kami harus mengampuni dosa-dosanya,? kata Xanana sebelum mengudara, di Bandar Udara Internasional, Nikolau Lobato, Dili. Ia melayat bekas pemimpin orde baru itu atas nama rakyat Timor Leste. Karena Presiden Jose Ramos Horta sedang berada di luar negeri. Sudah dua Minggu Horta berkunjung ke Italia dan Brazil. Walaupun, Horta tidak melayat, namun, peraih nobel perdamaian itu hanya mendoakan agar arwah pak Harto diterima disisi Allah. "Saya berdoa semoga amal ibadahnya diterima di sisi Yang Mahakuasa," ujarnya lewat pesan yang diterima Tempo pagi ini. Horta mengaku, walaupun ia berada diluar negeri, tetapi terus mengikuti perkembangan kesehatan pak Harto hingga wafat pukul 13.10 waktu Indonesia barat, 27 Januari 2008, di Rumah Sakit Pusat Pertamina-Jakarta. JOSE SARITO AMARAL
Guruh Enggan Menghadiri Acara Pemakaman SoehartoMinggu, 27 Januari 2008 22:42 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Keluarga besar alm. mantan Presiden Soekarno belum memutuskan sikap untuk menghadiri upacara pemakaman alm. Soeharto di Astana Giri Bangun besok. "Baru akan kami bicarakan malam ini," ujar putra terakhir Soekarno, Guruh Soekarno Putra usai melayat almarhum Soeharto di Jalan Cendana malam ini (27/1).Guruh mengatakan, sikap keluarga akan diputuskan oleh seluruh anak kandung Soekarno melalui sambungan telepon. Meski demikian, secara pribadi Guruh mengaku enggan menghadiri acara tesebut. "Cukup mendoakan," kata Guruh yang pulang bersama putri proklamator Mohammad Hatta, Mutia Hatta.Guruh mengaku bisa memaafkan perlakuan Soeharto terhadap ayahnya. Meski demikian, ia tetap mendukung proses hukum yang saat ini tengah menjerat Soeharto. "Sebagai seorang muslim saya tentu harus memaafkan. Tapi proses hukum tidak bisa dicampuradukkan dengan perasaan," katanya. Riky Ferdianto
457 Wartawan Liput Pemakaman Soeharto
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebanyak 457 wartawan, baik nasional, lokal, maupun internasional telah mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu pers meliput di kawasan astana giri bangun, karang anyar, tempat mantan presiden soeharto dimayamkan.Banyaknya peliput pada pemakaman tersebut karena masing-masing media mengirimkan sejumlah personil pada peliputan. Dari data yang diperoleh Tempo, media yang paling banyak mengirimkan personilnya ialah Metro TV, 32 personil, disusul TVRI Yogyakarata 31 personil, SCTV 24 personil, RRI 17 personil, RCTI 16 personil, Jawa Pos 12 personil. Adapun media internasional terbanyak mengirimkan personil adalah Reuters 11 orang dan Kompas 9 orang. Kepala Penerangan Korem 074 Surakarta Kapten Baso Syukri membenarkan data tersebut. "Yang mendaftar memang banyak," kata dia. Meskipun libur para petugas di Korem 074 harus masuk menyusul pemberitaan wafatnya mantan Presiden Soeharto. Beberapa wartawan masih mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu pres, tapi kartu telah habis. "Kami tidak berani menerima pendaftaran lagi karena kartu sudah habis," kata seorang petugas. Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, wartawan-wartawan tidak bisa meliput ke makam astana giri bangun. Wartawan yang memperoleh kartu pres hanya diperkenankan memasuki pelataran astana giri bangun yang berjarak 4 kilometer dari makam. "Hanya TVRI yang diperkenankan oleh keluarga Cendana untuk meliput prosesi pemakaman di dalam astana giri bangun," ujar seorang petugas yang tak mau disebutkan namanya. Bernada Rurit
Mahathir Gelar Jumpa Pers Soal Soeharto
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, menggelar jumpa pers di Putera Jaya, Malaysia pukul 14.00. setelah mengetahui wafatnya mantan presiden Soeharto."Saya menelpon Mahathir pukul 13.15," kata keponakannya Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, Feisal Hashim kepada Tempo, Jakarta (27/1). Dia menambahkan Mahathir tidak bisa datang karena tak enak badan.Ketika mengetahui Soeharto waffat, dia sangat emosional. "Dia harus menangis dan suaranya terbata-bata,' kata Feisal. Mahathir rencananya akan menelpon langsung mbak Tutut untuk menyatakan belasungkawa besok. (FAISAL ASSEGAF)
HM.Suharto Meninggal Dalam Keadaan Tidur
TEMPO Interaktif, Jakarta:Koordinator Tim Dokter Keprisedinan, Djoko Rahardjo mengatakan Soeharto meninggal dalam keadaan tidur. "Tak sadar saja, begitu," kata Djoko, Jakarta (27/1).Dia mengaku bersama anggota tim dokter lainnya telah berusaha semaksimal mungkin. "Tapi Tuhan berkehendak lain," tutur Djoko.Dia menambahkan jenazah akan disemayamkan di Cendana. "Dibersihkan di sana baru di bawa kie Solo dan akan didampingi oleh seluruh keluarganya," katanya. Penyebab kematian, kegagalan fungsi organ.Sementara itu salah satu anggota tim dokter, Jose mengungkapkan secara umum kondisi tubuh Soeharto sangat kuat. Meskipun, paru-paru, jantung dan ginjalnya sudah terkena infeksi sistemik dan membebani semua organ lain, Soeharto mampu bertahan selama 23 hari.Senada dengan Djoko, dia mengungkapkan tim dokter cukup maksimal, mengusahakan kesembuhan Soeharto. "Semua daya upaya dilakukan mulai dari alat kedokteran, perawatan hingga obat-obatan," katanya. Jose mengaku sudah 10 tahun merawat Soeharto. "Dia orang yang sangat kuat mental dan fisiknya," katanya.Menurut Direktur RSPP yang juga ikut merawat Soeharto, Djoko Sanyoto, Soeharto meninggal pukul 13.13. Penyebabnya kegagalan multi organ dan tak memiliki pesan sebelum menghembuskan nafas terakhir.Menurut Sanyoto, anak-anaknya mendampinginya. Mereka merapalkan doa. "Surat Yasin dan syahadat dibacakan," tuturnya.Sebelum jenazah di bawa ke ambulans, tampak dari lorong UGD RSPP, Prabowo Soebianto dan Sudi Silalahi yang melafalkan syahadat ketika mendorong jenazah Soeharto menuju ambulans.Sempat terjadi keributan kecil antara wartawan dan petugas keamanan. Seorang wartawan dipukul oleh aparat kemanan. Hingga kini belum diketahui identitasnya. Selain itu ada seorang wartawan RCTI bernama lady simarmata, 26 tahun tertabrak sebuah Land Cruisser hitam yang dikemudikan oleh Edi Sarminto. Mobil bernomor B 1498 DK milik anggota DPR Fraksi Demokrat dari Komisi II, Mayjen Mulyono. Hingga saat ini Lady dan Edi dibawa ke ruang UGD. Edi nyaris dihajar oleh wartawan. Desy Pakpahan Reh Atemalem Nur Rochmi

Tidak ada komentar: