Senin, 28 Januari 2008

Kenangan Untuk Bangsa Indonesia

Yudhoyono: Akui Jasa SoehartoKaranganyar, 28 Januari 2008 16:24
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh bangsa Indonesia agar berjiwa besar dan tulus memberikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas darma bakti Soeharto kepada bangsa dan negara ini."Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, seorang pejuang setia, prajurit sejati dan seorang negarawan terhormat," kata Presiden Yudhoyono, saat memberikan kata sambutan pada upacara kenegaraan pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1)."Dengan jujur dan hati yang bersih, kita patut mengakui begitu banyak jasa yang almarhum berikan kepada bangsa dan negara," kata Kepala Negara.Menurutnya, masyarakat juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa dan juga layaknya seorang pemimpin maka almarhum tentulah tidak luput dari kekhilafan dan kekurangan."Tidak ada manusia umat hamba Allah yang sempurna di dunia ini. Pada kesempatan yang penting ini, saya juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan almarhum semoga ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa , Allah SWT sesuai dengan perjuangan, pengorbanan dan amal ibadahnya," jelas Presiden Yudhoyono.Sepanjang hayatnya, kata Presiden Yudhoyono, Soeharto telah menapaki perjalan panjang di dalam karier militer, politik, dan pemerintahan.Ketika terjadi revoluasi fisik tahun 1945-1949 almarhum berjuang gigih berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara yang masih berusia muda.Sejarah juga mencatat sejumlah perjuangan yang monumental yaitu ketika Soeharto bersama pejuang lainnya melakukan Serangan Umum 1 Maret Tahun 1949 dan berhasil menduduki Kota Yogyakarta. "Peristiwa penting itu memberikan bobot dan kekuatan tersendiri pada diplomasi kita yan berujung pada kedaulantan Republik Indonesia," katanya.Sedangkan pasca revolusi tahun 1962, ketika bangsa Indonesia memperjuangkan membebaskan Irian Barat, lanjut Presiden Yudhoyono, Soeharto kembali memenuhi panggilan negara untuk memenuhi tugas mulia sebagai Panglima Komando Mandala.Pada tahun 1965 ketika bangsa Indonesia kembali diuji oleh peristiwa pemberontakan G-30S PKI, Soeharto kembali tampil mengemban tugas untuk menyelamatkan keutuhan negara, keutuhan bangsa serta melaksanakan pemulihan keamanan dan ketertiban.Presiden Yudhoyono, yang saat membacakan pidato mengenakan jas dan berpeci hitam, mengatakan bahwa Soeharto, sejak dilantik sebagai Presiden RI pada 27 Maret 1968, gigih memimpin pembangunan nasional yang tertumpu pada Trilogi Pembangungan yaitu, Stabilitas, Pertumbuhan, dan Pemerataan."Sejumlah prestasi dan keberhasilan telah dicapai pemerintahan yang dipimpin almarhum apda hakekatnya mengantarkan bangsa Indonesia setapak demi setapak menjadi bangsa yang makin maju dan makin sejahtera," demikian Kepala Negara. [EL, Ant]
Tutut: Selamat Jalan Bapak...Solo, 28 Januari 2008 16:50Siti Hardiyanti Indra Rukmana atau yang biasa disapa Mbak Tutut, mewakili keluarga Soeharto, meminta masyarakat untuk memaafkan segala dosa dan kesalahan yang disengaja maupun tidak selama masa hidup ayahnya."Kami sadar almarhum adalah manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan serta tidak luput dari kesalahan. Kami juga mohon kiranya bapak-bapak dan ibu sekalian berkenan memaafkan segala kesalahan dan kekhilafan almarhum," kata Tutut, saat menyampaikan sambutan pada upacara kenegaraan pemakaman Soeharto di pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, Solo, Senin (28/1).Dengan tersedu-sedu, Tutut menyampaikan terima kasih dan penghargaan setingginya kepada semua pihak termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang telah menghadiri upacara pemakaman ini.Bagi keluarga, kata Tutut, Soeharto adalah adalah ayah, eyang, uyut, dan orangtua, yang sangat dikagumi."Beliau adalah teman yang akrab, yang sangat kami sayangi, beliau adalah guru dan teladan kami yang baik dan amat kami hormati dan terlibat langsung dalam perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI dan ikut mengisi kemerdekaan melalui pembangunan. Bapak, selamat jalan bapak, doa kami selalu menyertaimu," papar Tutut, diselingi isak tangis.Sejumlah anggota keluarga lain yang berdiri di belakang Tutut semua menitikkan air mata, saat Tutut membacakan sambutannya itu. Sementara hadirin yang mengikuti upacara pemakaman itu, larut dalam suasana sedih dan haru yang merebak di ruangan itu.Sebelumnya, jenasah mantan presiden Soeharto, sekitar pukul 12.15 WIB, dimakamkan dalam upacara kemiliteran yang dipimpin Presiden Yudhoyono.Upacara pemakaman dimulai dengan pembacaraan riwayat hidup oleh Sekmil Kepresidenan Mayjen TNI Bambang Sutedjo, yang menyebutkan bahwa Soeharto selama hidupnya mendapat 27 penghargaan dari pemerintah, serta sejumlah penghargaan dari negara-negara sahabat dan badan dunia. [TMA, Ant]
Pemerintah Akui Jasa Besar SoehartoKaranganyar, 28 Januari 2008 14:58Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah mengakui jasa besar Soeharto, baik dalam masa perjuangan maupun selama memimpin Indonesia.Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono, saat memberikan sambutan pada upacara pemakaman Soeharto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1), yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah, para perwakilan negara-negara sahabat, dan masyarakat setempat.Sepanjang hidup almarhum, lanjut Presiden Yudhoyono, diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Pada tahun 1945-1949, Soeharto berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan kembali kedaulatan bangsa dan negara yang saat itu masih berusia muda.Kemudian, pada tanggal 1 Maret 1949, almarhum juga memimpin Serangan Oemoem dan berhasil menduduki kembali Ibu Kota Yogaykarta. Tahun 1962, almarhum juga bertindak sebagai Panglima Komando Mandala yang diakui berhasil dari sisi diplomasi dan militer.Tiga tahun kemudian tepatnya 1965, Soeharto berhasil menyelamatkan bangsa dan negara sekaligus memulihkan keamanan dan ketertiban dari Gerakan 30 September.Sejak menjadi pemimpin Indonesia tanggal 27 Maret 1968, Soeharto gigih melakukan pembangunan nasional dengan meletakkan konsep Trilogi Pembangunan yang menekankan pada stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan.Dengan segala kejujuran dan hati yang bersih, kata Presiden Yudhoyono, pemerintah mengakui banyak jasa yang diberikan Soeharto kepada bangsa dan negara selama hidup. "Sebagai bangsa yang berjiwa besar, pemerintah mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tinggi kepada almarhum," katanya.Sebagai manusia, Soeharto tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan karena sudah semestinya seluruh bangsa Indonesia memaafkan dan mendoakannya. "Selamat jalan Bapak Pembangunan," kata Presiden Yudhoyono.Jenderal Besar (Purn) TNI Soeharto selama masa hidupnya telah menerima 27 tanda penghormatan dari dalam negeri, 38 tanda penghormatan dari luar negeri, dan tujuh dari badan dunia. [EL, Ant]
Tangis Tutut Iringi Perjalanan Akhir SoehartoJakarta, 28 Januari 2008 11:16Salah seorang putri mantan presiden Soeharto, Siti Hardianti Indra Rukmana, alias Mbak Tutut, terlihat terus menangis sepanjang jalan dari kediaman di Jl Cendana hingga ke Halim Perdanakusuma.Suasana duka juga masih terlihat jelas di wajah para keluarga yang berada di bus di belakang iring-iringan mobil jenazah.Mbak Tutut, yang duduk di bangku paling depan tepat di belakang sopir terlihat sesekali menyeka air mata dengan sapu tangan. Sementara duduk disampingnya Sigit Hardjoyudanto hanya duduk diam terpaku.Meski dengan mata sembab, Mbak Tutut masih juga menyempatkan melambaikan tangan kepada warga yang berada di sepanjang jalan. Setidaknya saat berada di perempatan Jl Teuku Umar, Mbak Tutut membalas lambaian tangan warga yang berada di sisi jalan.Sementara Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, yang duduk di bangku nomor dua tepat di belakang Mbak Tutut, hanya diam menatap jalanan. Salah seorang cucu laki-laki almarhum Soeharto terlihat duduk di samping Tommy.Saat menunggu pemberangkatan iring-iringan jenazah, Mbak Tutut terlihat terisak menangis. Warga yang kebetulan berada di samping kanan bus tempat Mbak Tutut berada, ikut terharu.Sekitar pukul 07.30 WIB rombongan mobil jenazah dan pengiringnya mulai bergerak meninggalkan kediaman.Mobil Ketua DPR RI Agung Laksono berada di belakang mobil jenazah dan diikuti empat bus lainnya yang diisi keluarga dan kerabat lainnya.Secara khusus pihak keluarga juga menyediakan tiga buah bus lainnya yang bisa digunakan oleh siapa saja. Beberapa petugas bahkan menawarkan kepada para wartawan yang ingin ikut menuju Halim Perdanakusuma. [EL, Ant]
PM Australia Menyatakan Duka CitaSydney, 28 Januari 2008 10:46Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menyatakan rasa duka atas meninggalnya mantan presiden Soeharto, Minggu. Ia menggambarkan almarhum sebagai figur yang kontroversial berkaitan dengan masalah hak asasi manusia (HAM) dan Timor Timur.Soeharto meninggal dalam usia 86 tahun akibat menderita komplikasi penyakit setelah tiga pekan berjuang untuk bertahan hidup menghadapi gagal jantung, pernafasan, dan ginjal.PM Rudd memuji peran Soeharto dalam memajukan Indonesia dan membantu membangun ASEAN dan APEC, dan menggambarkan almarhum sebagai figur yang sangat berpengaruh di kawasan ini termasuk Australia.Namun, pemimpin sayap kiri-tengah itu tidak segan mengkritik Soeharto saat memimpin."Mantan presiden itu juga merupakan figur kontroversial terhadap masalah HAM dan Timor Timur dan tidak menyetujui sejumlah pendekatan kebijakan Soeharto," kata Rudd dalam suatu pernyataan, dan menekankan pentingnya hubungan baik Australia-Indonesia."Kini negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya, di mana Australia berperan sangat penting untuk kepentingan politik dan keamanan," ujar Rudd."Indonesia sukses sebagai negara demokrasi modern menjadi sangat penting, bukan saja bagi Australia, tapi juga di kawasan ini dan dunia," paparnya.Rudd menyampaikan belasungkawa terhadap rakyat Indonesia atas wafatnya Soeharto tersebut. [TMA, Ant]
Sumur Pak Harto"Kehadiran seorang figur dominan dalam situasi kritis dan momen historis yang menentukan," tulis Lloyd George, "bisa mengubah jalannya peristiwa selama bertahun-tahun, bahkan beberapa generasi mendatang."Dengan kejatuhan atau kematianya, pengaruh pemimpin besar tidak serta-merta sirna. Ada gading yang ditinggalkannya: karisma. Ibarat sumur yang mengalirkan energi (kebaikan atau keburukan), karisma tak pernah habis karena diberikan. Ia boleh tertimbun (sementara waktu) oleh gelegak sosial atau histeria massa. Tapi, dalam reformasi yang tak kunjung menemukan orde sosial baru, disertai hilangnya kepercayaan pada janji perubahan, orang mencari juru selamat. Mereka menggali kembali sumur karisma.Transisi menuju demokrasi adalah fase tergenting dan frustating di ruang tunggu sejarah. Ketika "yang lama" mulai pudar, sedangkan "yang baru" tidak kunjung lahir, publik terombang-ambing di dalam limbo: tertarik ke orbit nostalgia (merayakan masa lalu) atau merentas visi masa depan (konsolidasi demokrasi).Dalam kegalauan inilah berjangkit virus kekecewaan publik dalam bentuk apatisme dan pesimisme. Hal ini menyusul ketakpastian jagat politik, lambannya pemulihan ekonomi, rapuhnya kepastian hukum, konflik etno-religius, anarkisme massa, manuver avonturir kaum "ronin", perpecahan pemimpin politik, berjangkitnya neo-KKN, serta melemahnya legitimasi dan efektivitas pemerintahan baru.Diperlukan kepemimpinan otoritatif untuk memulihkan keyakinan dan kepercayaan publik. Dalam kasus Indonesia, demokratisasi berkembang memenuhi nubuat sinis dari Thomas Carlyle, "Democracy, which means despair of finding any heroes to govern you." Para pelopor reformasi gagal menjadi pahlawan perubahan karena hasrat kemapanan yang terlampau cepat. Nyaris memenuhi gambaran Hannah Arendt, "Seorang revolusioner (baca: reformer) yang paling radikal pun segera menjadi konservatif setelah revolusi berakhir."Konservatisasi kaum reformis mudah terjerat jejaring status quo, membuat batas antara masa lalu dan masa depan jadi kabur. Kepercayaan luntur, pahlawan pudar, dan keyakinan lenyap. Orang kembali berpaling ke sumur karisma. Para pemimpin dengan defisit legitimasi dan reputasi mencoba meraih poin dengan berasosiasi dan berempati pada "pemimpin besar".Para elite berebut air berkah dari sumur karisma. Tidak peduli lagi bahwa sumur itu (dilu) mengandung benih "toksid" (racun) kekuasaan, yang dulu ingin mereka bersihkan. Mereka menikmati "Soehartoksikasi".Gejala trance ini mendapat peneguhannya dari liputan media pers. Dalam defisit pengaruh, mereka mengalami dahaga atas status, sedangkan kekuatan magis media menganugerahkan status pada seseorang. Ini yang membuat politik pemberitaan terpusat pada drama sakitnya sang pemimpin besar. Intensifikasi terpaan media membuat para pencari status berlomba menjenguk dan mengomentasi Pak Harto.Dalam setting media, fenomena sakitnya Pak Harto lantas menyediakan arena bagi pertunjukan drama absurd kehidupan. Pesakitan jadi penggugat, penggugat menjadi pemaaf, yang minta dimaafkan tak sudi memaafkan, yang cari jalan tengah memilih jalan tak ada ujung. Semuanya melakoni dunia nyata sebagai panggung sandiwara.Di dalam panggung sandiwara ini, begitu tipis realitas kebaikan yang disimpan di album memorabilia. Begitu banyak ketakadilan yang dipetieskan di gudang oblivia. Akibatnya, sikap kejiwaan bangsa cenderung meragukan kebenaran dan merayakan ambiguitas.Padahal, seperti kata Mary Zurbuchen, "Negara-negara yang pernah mengalami represi dan kekerasan dalam skala besar akan mengalami kesulitan untuk mengonsolidasikan penataan pemerintahan baru, kecuali mereka mampu mengambil sikap yang jelas dalam menyelesaian masa lalu."Dalam kaitan dengan masa lalu, Barenboim (ahli rekonsiliasi) mengingatkan, "Certain matters require the generosity of forgetfulness, and others demand the honesty of remembrance." Ada hal-hal yang perlu kelapangan untuk melupakan, dan ada hal-hal yang perlu kejujuran untuk mengingat.Apa pun penilaian orang atas perilaku dan kebijakan Pak Harto, ia telah memberi andil besar dalam mempengaruhi dan merefleksikan wajah kita sebagai bangsa. Dalam ungkapan bombastis Vatikiotis, "Suharto has done more to shape Indonesian society than any other figures in the country's history." Namun perlu segera ditambahkan bahwa Soeharto pun barangkali telah berbuat lebih dalam mewariskan tindak kekerasan, korupsi, dan anti-intelektualisme dibandingkan dengan pemimpin lainnya.Jejak-jejak kebaikannya tak boleh diruntuhkan dan dilupakan. Harus ada kejujuran untuk menghargainya. Terhadap jejak-jejak keburukannya harus ada keberanian untuk menghapusnya, dengan membiarkan kebenaran menyatakan diri.Setiap lompatan besar dalam politik indonesia selalu tertawan oleh masa lalu. kebiasaan kita untuk melupakan masa lalu dengan mengulanginya, bukan dengan melampauinya, membuat perilaku politik Indonesia tak pernah melampaui fase kekanak-kanakannya (regressive politics).Keburukan masa lalu bukan untuk ditutupi, melainkan perlu diungkap, didamaikan, dan dilampaui!Yudi LatifDoktor Sosiologi Politik, Direktur Eksekutif Reform Institute[Perspektif, Gatra Nomor 11 Beredar Kamis, 24 Januari 2008]
Presiden TerlamaKamis, 17 Januari 2008, adalah hari biasa. Tapi, semestinya tidak bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di hari itu, usia kepresidenannya memasuki hari ke-1.187. Jadilah ia presiden terlama sepanjang sejarah reformasi.Tiga presiden sebelum Yudhoyono tak bisa bertahan "selama" itu. Baharuddin Jusuf Habibie berkuasa hanya 518 hari, dari 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Abdurrahman Wahid hanya bertahan 642 hari hingga dipecat MPR pada 23 Juli 2001. Sedangkan Megawati Sukarnoputri menjadi presiden selama 1.186 hari hingga digantikan Yudhoyono pada 20 Oktober 2004.Reformasi pun seolah menjadi arena "balas dendam" atas masa lalu. Sebelum reformasi, hanya ada dua presiden dan seorang pemimpin pemerintahan darurat yang pernah berkuasa selama 53 tahun kemerdekaan: Sukarno, Sjafruddin Prawiranegara dan Soeharto. Di era reformasi, hanya dalam satu dasawarsa kita mengalami pergantian empat presiden.Di masa lalu, dua presiden berkuasa sepanjang beberapa dasawarsa. Selama reformasi, empat presiden bergantian berkuasa dalam hitungan tahun. Dulu, waktu seolah terjepit berhenti di bawah ketiak presiden kuat. Sekarang, banyak hal berkembang tanpa kendali penuh para presiden.Di tengah perubahan cepat, empat presiden jatuh dan bangun sambil mengajarkan betapa tak sederhananya kerja kekuasaan dalam demokrasi. Setiap presiden dituntut pandai mengelola empat pilar kekuasaan: kualitas kepemimpinan, kemampuan manajemen pemerintahan, kecanggihan memproduksi kebijakan publik berkualitas, dan ketelatenan merawat dukungan politik dari elite dan orang banyak.Di tengah stigma sebagai pelanjut masa lalu, Habibie gagal merawat dukungan politik. Ia bahkan didepak partainya sendiri. Karena begitu cepat dan dramatisnya ia tersingkir, potensi Habibie sebagai manajer pemerintahan, pembuat kebijakan, dan pemimpin pun tak bisa ditimbang dengan layak.Wahid begitu gemar menambah musuh-musuh politiknya dari waktu ke waktu. Ia boleh jadi merupakan presiden tercepat di dunia dalam menyulap para penyokong awal menjadi oposan sengitnya. Gagasan-gagasan besar dan cemerlang Wahid tentang demokrasi ("Gus Dur Makro") terbunuh oleh keterbatasan kualitas kepemimpinan, kegagapan manajemen pemerintahan, kelangkaan kebijakan berkualitas, dan kecepatan mengeroposkan dukungan politik atasnya ("Gus Dur Mikro"). Kekuasaan Wahid cepat berakhir akibat pertikaian hebat dan mematikan antara "Gus Dur Makro" dan "Gus Dur Mikro" itu.Sementara itu, kebesaran mitologis Megawati dengan cepat mengempis menjadi sosok historis seorang presiden biasa-biasa. Manakala diberi peluang sejarah untuk membuktikan kualitasnya sebagai politisi dan pemimpin besar, Megawati malah membuat pembuktian sebaliknya. Ternyata, 1.186 hari berkuasa sama sekali tak cukup baginya untuk membangun empat pilar kepemimpinan demokratis yang dibutuhkan. Yang terjadi justru pembuktian betapa hebatnya bakat-bakat kepemimpinan mendiang Sukarno, sang ayah, sebegitu hebatnya sehingga tak ada yang tersisa untuk anaknya.Datanglah Yudhoyono membawa janji-janji perubahan. Sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung dan sebagai pemenang besar pemilihan itu, Yudhoyono diberi tugas sejarah menjadi sang pembawa dan pengelola amanat. Hasilnya "gemilang": Ia gagal membuktikan kualitas kepemimpinan, kemampuan manajemen pemerintahan, dan kualitas kebijakan publik sekaligus. Alih-alih, ia lebih senang berasyik-masyuk merawat dukungan politik di tingkat elite.Maka, dari balik sukses Yudhoyono menjadi "presiden terlama", menyeruak sebuah ironi. Ia mampu memelihara dan memperkuat kekuasaan lantaran senang memberi begitu banyak kompromi untuk berbagai kekuatan yang saling tukar kepentingan dengannya. Celakanya, ongkos pertukaran ini mahal: kekuatan kepemimpinannya tak terbangun, kesehatan manajemen pemerintahannya terganggu, dan kualitas kebijakannya cedera.Walhasil, keempat presiden itu telah dan tengah membuktikan betapa tak mudah menguasai pemikiran tentang demokrasi, perilaku demokratis, dan keterampilan berdemokrasi sekaligus. Sebaliknya, mereka telah dan tengah membuktikan betapa mudahnya mengikuti keinginan dan kepentingan sendiri sambil abai pada kepentingan orang banyak yang semestinya mereka layani.Alexandra Auguste Ledru-Rollin, politisi Prancis yang hidup dua setengah abad lalu, menegaskan bahwa seorang pemimpin adalah penyeru: "Ya, sayalah pemimpin, karena itu saya harus mengikuti kemauan orang-orang yang saya pimpin!" Sepuluh tahun reformasi membuktikan, sungguh tak mudah menemukan orang semacam itu. Betapa mudah menemukan "penguasa" dan betapa sulit bersua "pemimpin".Eep Saefulloh FatahDirektur Eksekutif Sekolah Demokrasi Indonesia[Perspektif, Gatra Nomor 8 Beredar Kamis, 3 Januari 2008]
Hendarman Tolak Bicara Proses Hukum SoehartoNusa Dua, 28 Januari 2008 00:56Jaksa Agung Hendarman Supandji belum bersedia berkomentar soal kelanjutan gugatan perdata terhadap Soeharto.Usai rapat tim delegasi Indonesia untuk forum konferensi negara peserta Konvensi Internasional Antikorupsi (UNCAC) di Nusa Dua, Bali, Minggu (27/1), Hendarman mengatakan, saatnya belum tepat untuk membicarakan kasus hukum mantan Presiden tersebut."Minggu ini kita jangan ngomong soal itu dulu lah. Saya mengucapkan berduka cita, semoga keluarganya tabah," ujarnya.Hendarman mengakui, konferensi UNCAC di Bali membicarakan soal pengembalian aset. Namun, pembicaraan itu tidak spesifik soal pengembalian aset-aset milik mantan presiden RI itu.Dalam forum, lanjut Hendarman, juga akan dibahas soal Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative yang dikeluarkan oleh Bank Dunia."Mereka hanya memperkenalkan teknis pengembalian aset. Mereka juga akan memberi data ke kita, namun itu belum konkret," ujarnya.Tim delegasi Indonesia, Minggu malam (27/1), menggelar rapat untuk mempersiapkan agenda Indonesia dalam forum UNCAC yang akan berlangsung pada 28 Januari hingga 2 Februari 2008 di Bali Convention Center, Nusa Dua.Selain Hendarman, rapat itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Taufik Effendy, serta Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar.Dalam konferensi yang diikuti oleh 140 negara penandatangan UNCAC itu, Indonesia akan mengedepankan masalah pengembalian aset. [EL, Ant]

Tidak ada komentar: